Angka kasus depresi di Indonesia relatif tinggi.Hal ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa di RSUD Tamansari Jakarta dr. Alfonsus Edward Saun, Sp.KJ "Angka depresi juga relatif tinggi, yakni mencapai 15,6 juta jiwa, dengan lebih dari 12 juta jiwa adalah penduduk dengan usia di atas 15 tahun," ungkap dr Edward pada keterangannnya, Selasa (30/4/2024). Depresi merupakan suatu kondisi gangguan suasana perasaan yang ditandai dengan sejumlah kumpulan gejala klinis.
Gangguan kesehatan mental ini paling sering muncul pada usia muda yang merupakan usia produktif, yakni usia antara 20 40 tahun. Pada kelompok usia anak dan remaja, gangguan depresi memiliki pengaruh yang lebih buruk. Karena dapat berpengaruh pada perkembangan emosi, sosial dan kognitif selanjutnya.
Angka Depresi Capai 12 Juta Jiwa di Indonesia, Ketahui Faktor Penyebab, Gejala, hingga Dampak Ini 3 Tanda tanda Seseorang Mengalami Gejala Gerd, Ketahui Faktor Penyebabnya Kasus DBD di Indonesia Capai Angka 88 Ribu, Kematian Tertinggi di Kabupaten Bandung
Penyebab Kasus Perceraian di Mamuju Masih Tinggi, Faktor Nikah Paksa hingga Media Sosial Lampaui Target, Angka Harapan Lama Sekolah di Bantul Capai 15,67 Nasib Buah Formalin yang Nyaris Dimakan Keluarga Jokowi di Labuan Bajo, Bupati Panik: Stop Izinnya Halaman 3
Lebih awal gangguan depresi muncul, maka semakin meningkat risiko terjadinya episode depresi yang lebih banyak. Pada kasus depresi berat, percobaan bunuh diri lebih tinggi, diikuti peningkatan komorbiditas gangguan medis dan mental lainnya. Dr Edward menyampaikan ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi pada seseorang.
Faktor biologis seperti genetik, ketidakseimbangan zat kimia di otak, riwayat keluarga dengan gangguan jiwa, dan efek samping obat. Bisa juga diakibatkan pada penggunaan narkoba atau zat adiktif. Depresi juga muncul karena penyakit kronis (misalnya: kanker, HIV, stroke, komplikasi Diabetes Mellitus, dan lainnya).
Bisa karena peristiwa hidup yang membuat stres berlebihan. Kabar buruk yang berat, kurangnya dukungan sosial, perubahan tahap kehidupan, jenis kelamin, kepribadian, kesendirian, kegagalan, pekerjaan, dan sebagainya. "Faktor sosial cukup sering menjadi penyebab seseorang yang berusia muda beresiko tinggi mengalami depresi," tambah dr Edward.
Terdapat dua gejala utama pada depresi, yaitu afek depresif, Anergia (mudah lelah), Anhedonia (hilang minat dan kegembiraan). Gejala lainnya juga bisa muncul, seperti konsentrasi dan perhatiannya berkurang. Ada pula harga diri dan kepercayaan diri yang terus menurun.
Muncul rasa bersalah dan tidak berguna disertai pandangan masa depan suram dan pesimistis. Lahir gagasan dan perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri. Diikuti dengan nafsu makan berkurang dan tidur terganggu.
Depresi, menurut dr Edward juga bisa menyebabkan terjadinya masalah pada kesehatan fisik. Seperti gangguan pencernaan, imunitas tubuh melemah serta meningkatkan risiko penyakit kronis seperti penyakit jantung. Tidak hanya itu, depresi tidak tertangani dengan baik dapat meningkatkan risiko obesitas atau sebaliknya, malnutrisi.
Penyusutan bagian otak seperti hipokampus dan korteks prefrontal yang terkait fungsi memori juga bisa terjadi pada orang yang depresi. Oleh karena itu, depresi perlu segera diatasi dengan optimal, sampai dikatakan selesai dan tidak alami kekambuhan. Artikel ini merupakan bagian dari
KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.